Jumat, 11 Desember 2009

MEMBANGUN DAKWAH ELITIS YANG POPULIS

Ada dua tuntutan yang harus ada dalam gerakan dakwah. Yakni aspek elitis dan aspek populis. Aspek elitis tercermin pada fokus pengkaderan dan selektifitas tinggi terhadap pendukung inti dakwah. Sementara aspek populis, terindikasi melalui aspek kedekatan dan kebersatuan gerakan dakwah dengan masyarakat luas. Kedua tuntutan ini harus diterapkan secara proposional.

Sistem elitisme mempunyai beberapa ciri. Yang paling menonjol adalah alaniyatul amal wa siririyatu tanzim. Walaupun karakter ini sangat diperlukan untuk menjamin keamanan pergerakan serta para aktivisnya, namun disisi lain juga sangat berbahaya, sebab karakter ini akan menjadikan pergerakan dengan para aktivisnya terisolir dari dinamika masyarakat. Hal ini nanti akan menghilangkan kemampuan pergerakan sebagai sentral kepemimpinan umat di lapangan.

Agar pergerakan Islam dapat berperan memimpin umat. Ia harus sanggup menjadi suatu sentral kemanusiaan serta memiliki unsur kepemimpinan yang menyatu dengan masyarakat, ikut merasakan persoalan yang sedang mereka hadapi serta ikut menanggung beban yang mereka pikul sehari – hari. Hal ini tak mungkin terwujud kecuali dengan adanya suatu kepemimpinan yang populis secara terus menerus yang turut merasakan dan terlibat memecahkan problematika hidup masyarakat.

Gejala elitisme yang berlebihan akan memunculkan dampak eksklusifisme, yakni berputarnya aktivis dakwah dalam lingkup internal, yang pada dasarnya bertentangan dengan fungsi utama harakah sendiri. Para aktifis pergerakan bermain dalam medan yang sempit dan di kalangan terbatas, membuat daya cakup dan liputnya hanya menyentuh lingkungan kecil yang tertentu. Lebih lanjut, gejala ini ditandai dengan tumbuhnya karakter aktivis yang manja. Hanya dapat berperan pada lingkungan tertentu yang sama. Tidak ada keberanian untuk mencoba masuk dan mewarnai lingkungan baru. Bila ini yang terjadi, berarti gerakan dakwah bisa berhenti, dan seolah membiarkan kepemimpinan masyarakat dikuasai oleh kekuatan perusak serta sistem dan kekuasaan yang menyimpang.

Segi negatif lain yang muncul dari dominasi elitisme dalam gerakan dakwah adalah hilangnya rasa kepedulian sosial dari diri para anggotanya. Sebab tarbiyah fikriyah dan ruhiyah yang mendapatkan porsi besar dan luas dari sistem organisasi, tanpa disadari telah menumbuhkan sikap uzlah ijtimaiyyah ( isolasi sosial ). Disinilah perlunya aspek penyeimbang dengan menekankan tarbiyah ijtimaiyyah untuk menumbuhkan kepedulian sosial serta dapat menjadikan para dai hidup bersama masyarakat serta ikut merasakan persoalan dan kesulitan yang mereka hadapi. Seperti yang digambarkan oleh Rasulullah, “ Sebaik – baik manusia adalah yang paling bermanfaat pada manusia.”

Memimpin masyarakat dalam naungan Islam, serta mengajak mereka untuk memenuhi panggilan dakwah tidak mungkin dapat diwujudkan melalui khutbah, ceramah atau penyuluhan. Itu semua harus didukung adanya interaksi sosial antara dakwah dan masyarakat luas. Dan disanalah, masyarakat merasakan langsung sentuhan indah Islam.

Sumber : Tarbawi Edisi 3 Th. I 31 Agustus 1999 M/19 Jumadil Awal 1420 H

Tidak ada komentar: