Minggu, 29 November 2009

Membela AI-Qur'an

Oleh : Herry Nurdi
Pemerhati Masalah Keagamaan

Samuel Zwemmer dalam Konferensi Gereja di Yerussalem tahun 1935 pernah berkata, "Tujuan kita adalah secara langsung mengkristenkan Muslim. Tapi hal itu tidak sanggup kita laksanakan. Namun yang perlu diingat adalah menjauhkan Mus¬lim dari Islam. Ini yang harus kita capai walaupun mereka tidak bergabung dengan kita."

Untuk menyukseskan agendanya ini, setidaknya dalam paparan Samuel Zwemmer memiliki dua strategi: Penghancuran dan Pembinaan. Penghancuran adalah menge-luarkan orang dari agama mereka, tak masalah menjadi atheis atau bukan, yang penting keluar dari Islam. Pembinaan adalah cara memasukkan dan membina orang-orang ke dalam Kerajaan Tuhan, Kerajaan Kristus. Agar orang-orang tak memikirkan agama, rusaklah mereka dan buat mereka sibuk dengan seks, hiburan, obat-obatan dan segalanya, bahkan sepak bola. Bahkan, ketika beberapa orang yang sangat kecil jumlahnya mulai menyibukkan diri untuk mempelajari, sumber-sumber agama pun telah dicemari dan dirusak secara nyata.

Samuel Zwemmer yang menjadi Ketua Misi Kristen untuk negara-negara Arab, dan juga Ketua Persekutuan Kristen Timur Tengah dengan tegas mengatakan, tugas seorang Kristen bukanlah menghancurkan kaum Muslimin. Tapi memisahkan kaum Muslimin dari Islam. Agar mereka menjadi seorang Muslim yang tak bermoral dan tak memiliki standar akhlak yang jelas. Dengan begitu, negeri-negeri Islam akan jatuh. Tujuan mereka, menciptakan generasi baru yang sesuai dengan kehendak kolonialisme, keinginan penjajah.

Hari ini kita mendapati berbagai golongan dan kelompok, yang seolah berlomba-lomba meruntuhkan Islam dari berbagai sudut serangan. Contoh sebuah kasus muncul yang mengatakan bahwa Islam adalah agama orang-orang Arab dan khusus untuk orang Arab. Maka orang non-Arab yang memeluk Islam sesungguhnya telah dibodohi oleh orang-orang Arab. Artinya, yang dituduhi membodohi oleh gerakan ini ujung-ujungnya adalah sosok mulia Nabi Muhammad saw, na'ud-zubillah.

Hal seperti ini, sama sekali bukan barang baru dalam sejarah perkembangan Islam. Kita bisa melacak pengaruh Orientalisme dalam gerakan Ingkar Sunnah yang menolak penggunaan hadits sebagai sumber hukum Islam. Kita bisa melacak ide perennial dalam gagasan keagamaan Lia dan Jamaah Salamullah yang ia bentuk. Bahkan serangan-serangan terhadap al-Qur'an, sudah jauh dan lebih radikal daripada diinjak-injak kaki-kaki laknat.
Kita harus marah ketika al Qur’an dinistakan dengan cara yang keji seperti diinjak-injak. Tapi seharusnya, kita jauh lebih marah ketika al-Qur'an secara substansi, makna dan hakikatnya dianiaya atas nama ilmiah. Hal ini telah berlangsung lama di negeri ini. Buku karangan Nasr Hamid Abu Zayd, yang berjudul Al-Qur'an Edisi Kritis telah lama terbit di Indo¬nesia. Bahkan dalam salah satu versi penerbitan, sudah mengalami cetak ulang yang keempat kali sejak tahun 2001 silam. Nasr Hamid yang dinyatakan oleh para ulama Al-Azhar sebagai seorang yang telah murtad, mengritisi al-Qur'an dari berbagai sisi. Mulai dari sejarah penyusunan sampai unsur filologi. Tujuannya satu, melakukan desakralisasi pada teks suci. Tapi tak banyak yang menggugat buku ini.

Bahkan ketika seorang sarjana Indonesia mengikuti hal yang sama, menerbitkan sebuah buku yang mengritisi al Qur’an, sekali lagi tak ada yang banyak memberikan perhatian. Adalah Taufik Adnan Amal, seorang pengajar di IAIN Alauddin Makassar, la menerbitkan sebuah buku berjudul Rekonstruksi Sejarah Al-Qur'an. Isinya, idem dito, tak beda jauh. Sama-sama memiliki semangat luar biasa dalam menggugat kesucian Al Qur’an yang menurut mereka telah mengalami infiltrasi politik dan kekuasaan dalam penyusunannya. Dan sekali lagi, tak ada yang meributkan.

Jika ditelusuri, usaha-usaha yang dilakukan oleh sarjana-sarjana yang notabene ada¬lah seorang Muslim, seperti Nasr Hamid Abu Zayd dan juga Taufik Adnan Amal, pada pangkalnya adalah usaha yang dirintis oleh para intelektual Yahudi dan Orientalis Misionaris.

Abraham Geiger, seorang pemimpin Yahudi dan pendiri mazhab Yahudi Liberal, menulis bahwa al-Qur'an adalah kitab suci yang mengadopsi banyak ajaran agama sebelumnya. la menulis, apa saja yang dipinjam Muhammad dari Yahudi dalam Was Mohamed aus dem Judenthume aufgenommen?

Lalu ada Theodore Noldeke sarjana Kris¬ten, pendeta dari Jerman yang mengatakan, "Kita menginginkan, misalnya, klasifikasi dan diskusi yang komprehensif mengenai segala elemen Yahudi dalam al-Qur'an; permulaan untuk menggalakkan ini telah dibuat oleh Geiger pada usia muda dalam esainya: apa yang telah dipinjam Muhammad dari Yahudi."

Theodore Noldeke mengatakan, bahwa Nabi Muhammad pernah lupa akan wahyu sebelumnya dan berbagai tuduhan lainnya. la juga mengatakan, bahwa al-Qur'an adalah karangan Muhammad dan menganggap al-Qur'an mengandung banyak kesalahan yang fatal. Noldeke mengatakan, Yahudi paling tolol sekalipun tidak akan melakukan kesalahan yang dilakukan oleh Muhammad, terutama ketika menjelaskan tentang Hamman yang disebutkan dalam al-Qur'an sebagai salah satu menteri dari Fir'aun.

Tapi lagi-lagi, tak banyak yang terusik de¬ngan kenyataan ini. Kaum Muslimin baru ber-gerak ketika mushaf al-Qur'an dimasukkan ke WC di dalam penjara Guantanamo. Kaum Muslimin baru bergerak ketika Rasulullah digambarkan dalam kartun. Kaum Muslimin baru peduli ketika sekumpulan orang aneh di Malang menginjak-injak al Qur'an tanpa alasan.

Sudah saatnya kaum Muslimin memperdalam perhatiannya pada al-Qur'an yang dilecehkan makna dan substansinya, lalu memberikan pembelaan yang tak kurang ilmiahnya. Bukan hanya emosi sesaat, kemudian hilang seiring berlalunya waktu."

Sumber : Majalah Sabili




Tidak ada komentar: